Mind

Alasan (Laki-laki) Menikah

Bismillah

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh…

Hai apa kabar? Semoga tetap semangat ya! Setelah menikah mungkin ceritaku pun akan banyak mengenai pernikahan, ya karena itu sekarang duniaku. Menjadi seorang istri, mengurusi hal-hal terkait kerumahtanggan, dan menjadi ibu nantinya biidznillah. Kali ini aku mau membahas alasan menikah, beberapa hari lalu sahabatku bertanya, tentang niat sesungguhnya pernikahan itu apa ya?

Ibadah. Iya, itu jawabanku. Dengan menikah seseorang telah menyempurnakan separuh agamanya, tinggal menjaga separuhnya lagi. Segala bentuk pengabdian, pengorbanan, kasin sayang, hingga setetes keringat sehabis masakpun akan dihitung sebagai amal ibadah. Dengan menikah juga merupakan bentuk penjagaan, aku juga merasa bahwa fitrah seorang wanita itu butuh dipimpin, atau butuh sandaran kali ya… Lebih sering naik turun emosi dan imannya, sebenernya ketika sudah menikah pun tidak menjamin emosi dan iman akan konstan, tapi ada teladan, ada pengingat, ada yang ‘ngemong’ untuk sama-sama meningkat. Dengan menikah itulah bentuk ikhtiarnya dalam ketaatan pada Allah subhanahu wa ta’ala.

Eh sebentar, sebenarnya bukan ini yang mau ku bahas wkwk Jadi sahabatku ini ingin punya gambaran tentang alasan laki-laki yang siap menikah, hmm menarikkan pertanyaannya… Pun kita sebagai seorang perempuan nggak tahu apa yang ada dibenak laki-laki. Aku tidak akan memberikan jawaban berdasarkan sisi psikologi di sini, tapi dari jawaban dan pengalaman ketika berkenalan dengan suamiku. Jadi ini pun hanya sebagai gambaran saja mungkin jalan pikiran laki-laki seperti ini, kalau untuk digeneralisasi juga tidak bisa karena jumlah sample kecil wkwk

Oke, jadi yang pertama adalah kebutuhan akan quantum leap of life atau lonjakan dalam kehidupan. Jika seorang laki-laki yang merasa sudah mencapai tahap puncak aktualisasi dia akan mengalami kejenuhan dalam kehidupannya, misal sudah di usia sekian, sudah mencapai jenjang pendidikan tinggi, sudah berpenghasilan, dan lainnya tergantung tiap individu. Dia butuh sesuatu yang berbeda dalam hidupnya, sebuah perubahan signifikan yang membuatnya tertantang lagi dan punya aktualisasi diri baru. Ya salah satunya adalah dengan menikah, adanya perubahan peran menjadi suami akan memperbesar tanggung jawab, juga motivasi dalam hidup.

Yang kedua adalah social support/force di mana faktornya ialah dia merasa ‘kehilangan’ teman-teman mainnya karena sudah sibuk mengurusi keluarga masing-masing. Rasa sendiri menjadi hal asing yang terasa baru muncul karena biasanya hidupnya baik-baik saja dengan teman untuk diajak sharing. Ketika lingkungan sudah acuh dia akan merasa sendiri dan butuh seseorang untuk berbagi dan bercerita juga. Dukungan atau sindiran dari teman yang sudah menikah pun bisa jadi ‘kompor’ untuk memanaskan niat menikah ini.

Yang ketiga adalah nasihat dari orang-orang yang dihormatinya, bisa jadi ayahnya, gurunya, sahabatnya, dan lain-lain. Laki-laki cenderung memiliki orang yang sangat ia segani dan hormati yang biasanya ia ambil nasihat atau pandangannya. Seseorang ini biasanya sangat ia percaya dan teladani, juga memiliki andil dalam terbentuknya pribadi baiknya. Bisa jadi alasan untuk menikah ia ambil dari nasihat orang yang dituakannya.

Yang keempat adalah penjagaan iman dan nafsu. Sebagai seorang laki-laki baligh apalagi yang sudah berilmu dan berpenghasilan, tentu tidak mudah dalam menjaga nafsunya dalam era globalisasi saat ini. Begitu banyak godaan dari lingkungan sekitar, baik di lingkungan pergaulan, kantor, atau tempat-tempat umum pun banyak hal yang bisa membangkitan syahwat. Jika seorang laki-laki dengan penghasilan yang mumpuni dan masih lajang tentu pengeluaran mungkin hanya untuk kebutuhan pokok satu orang saja, sisanya bisa saja tersalurkan untuk perbuatan haram, maka sudah wajib baginya untuk segera menikah agar terjaga aqidah dan ibadahnya.

Yaa itu lah gambaran jawaban seorang laki-laki jika ditanya alasannya siap menikah, namun ini bukan generalisasi ya hanya saja aku rasa mungkin ini bisa mewakili gambaran jawaban untuk wanita yang ingin tahu. Pun alasan di atas memang 4 poin dari suami tapi penjabarannya ada tambahan dari pemikiranku pribadi. Menikah bisa menjadi berhukum wajib, atau sunnah, atau mubah, atau haram sesuai dengan kondisi dan niatnya masing-masing. Yakin saja bahwa menikah adalah ibadah, niatnya ya untuk ibadah, meraih surganya Allah bersama-sama dan mendidik keturunan-keturunan yang shalih.

Tabaarakallah 😊

Wallahua’lam bishowwab